BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH DALAM MANCAPAI MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR NEGERI
Ningtyas Vigi K
091714045
SI Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
ABSTRACT
The effectiveness of a school is in the paint by the behavior of Human Resources. Human resources that are common to all organizations that school. A good school organization and superior form of cultural climate of the school itself. School culture is very influential on the quality of education services in Elementary School, whether or not the climate that accompanied tegantung school culture on the reciprocal behavior of individuals within the school that will achieve the effectiveness of the quality of the school itself. Emphasizes the quality of educational services to the needs of customer satisfaction and good school management patterns, accompanied by good leadership and will also produce a good quality education and excellence.
Key words: culture, behavior, quality, leadership.
ABSTRAKSI
Keefektifan sebuah sekolah sangat di warnai oleh perilaku Sumber Daya Manusianya. Manusia adalah sumber daya yang umum bagi semua organisasi yaitu sekolah. Organisasi sekolah yang baik dan unggul terbentuk dari budaya iklim sekolah itu sendiri. Budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri, baik atau tidaknya iklim yang disertai budaya sekolah tegantung pada timbal balik perilaku individu didalam sekolah tersebut yang akan mencapai keefektifan mutu sekolah itu sendiri. Mutu pelayanan pendidikan menekankan pada kebutuhan kepuasan pelanggan serta pola manajemen sekolah yang baik dengan disertai kepemimpinan yang baik pula dan akan menghasilkan suatu mutu pendidikan yang baik dan unggul.
Kata kunci : budaya,perilaku, mutu, kepemimpinan.
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku didalam sekolah tersebut membentuk suatu budaya organisasi yaitu sebagai budaya sekolah yang tertanam pada jati diri sekolah tersebut dan membentuk iklim budaya sekolah. Sekolah juga merupakan suatu kesatuan lembaga pendidikan yang bersifat kompetitif dan bekembang secara terus menerus mengikuti perkembangan era globalisasi.
Sekolah sebagai organisasi, organisasi dicirikan dengan perilaku didalam iklim organisasi yang menyatu pada budaya organisasi yaitu sekolah. Menurut James L. Gibson (1985) bahwa keefektifan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusiannya. Orang adalah sumber daya yang umum bagi semua organisasi, tidak ada organisasi “ tanpa orang “. Seperti halnya pada sebuah sekolah bahwa keefektifan sekolah sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia di dalamnya.
Ketika organisai atau lembaga pendidikan yaitu sebuah sekolah memasuki lingkungan bisnis maka saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen yang baik dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis pendidikan. Maka diperlukannya penigkatan mutu pelayanan pendidikan. Mutu pelayanan pendidikan diperoleh dan dibentuk dari iklim organisasi sekolah itu sendiri yang ditekankan pada kiat Sumber Daya Manusia di dalam sekolah, sebab organisasi sebagai suatu sistem sosial. Hubungan antara individu dan kelompok dalam organisasi sekolah menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu yang berujung pada pembangunan budaya organisasi sekolah. Di dalam suatu dimensi lingkungan banyak variabel – variabel yang mempengaruhi organisasi sekolah beserta manajemen didalamnya.
Budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan pendidikan. Konsumen atau pelanggan pendidikan memerlukan mutu untuk memenuhi kebutuhan mereka, menyenangkan mereka dan mutu menjadi prioritas pertama didalam sebuah sekolah. Sebuah sekolah yang berhasil akan melakukan hal yang sangat baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan hasilnya, sekolah akan tumbuh dan memiliki potensi bisnis pendidikan yang sangat luar biasa.
Manajemen dan usaha perbaikan secara terus menerus mampu menjawab dan mengubah posisi budaya sekolah yang lebih baik dan unggul. Manajemen dalam organisasi sekolah juga harus tanggap terhadap faktor- faktor kebutuhan pelanggan atau klien pendidikan, kendala hukuman atau politis, serta perubahan ekonomi, teknologi dan pembangunan. Total Quality Management sebagai pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan iklim budaya sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995) bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Dalam mutu pelayanan pendidikan terdapat suatu produktivitas yang harus dikendalikan sebagai perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Pengelolaan produktivitas itu sendiri tak lepas dari gaya kepemimpinan seorang manajer sekolah. Kepemimpinan dalam organisasi merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber – sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sondang P. Siagian). Produktivitas suatu sekolah dapat dinyatakan secara kuantitas dan kualitas sebagai proses membangun budaya sekolah yang baik melalui peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Produktivitas sekolah secara kuantitas di ukur berupa output jumlah tamatan sebuah sekolah dan input jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas sekolah dalam ukuran kualitas tidak dapat di ukur dengan uang, namun digambarkan dari ketetapan menggunakan metode, cara kerja dan penggunaan cara tersebut sehingga beban dan volume kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif oleh pelanggan sekolah terhadap hasil kerjanya.
Dari pernyataan di atas, maka budaya organisasi yang di warnai dengan iklim sekolah dapat mempengaruhi suatu mutu pelayanan pendidikan didalam sekolah itu sendiri dan menekankan pada kepuasan pelanggan pendidikan.
PEMBAHASAN
Budaya merupakan nilai – nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Didalam organisasi, kebiasaan ini menjadi budaya kerja sumber daya manusia didalam organisasi, dan sering dinamakan budaya organisasi. Budaya organisasi sekolah sebagai cara orang melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, Core Values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi (Tan, 2002:18). Keyakinan bersama, Core Values dan pola perilaku mempengaruhi kinerja organisasi. Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi tenteng sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, dan diterima sebagai sesuatu yang benar dan sah. Core Values adalah nilai-nilai dominan yang diterima diseluruh organisasi, sedangkan pola perilaku adalah cara orang bertindak terhadap orang lain. Suatu organisasi dengan keyakinan atas potensi orangnya dan Core Values atas penghargaan akan mempunyai pola perilaku yang diinginkan dalam memperlakukan orang dengan baik.
Gambar 8.2 Model Budaya Korporat
Sumber: Victor S.L.Tan, Changing Your Corporate Culture. Singapore:
Times Books International, 2002
Didalam era yang semakin kompetitif ini, budaya organisasi berkembang sesuai perkembangan lingkungan. Terlebih pada bidang organisasi pendidikan yaitu sekolah mengalami perkembangan sangat pesat sekali. Budaya organisasi pada setiap sekolah – sekolah kota sangat berbeda –beda. Budaya organisasi memiliki ciri – ciri yang stabil dan tetap, yang cenderung membuat budaya tersebut sangat kebal terhadap perubahan. Sebuah budaya membutuhkan waktu yang lama untuk pembentukannya dan sekali terbentuk, budaya itu cenderung menjadi berurat berakar. Budaya- budaya yang kuat, seperti IBM bisa kebal terhadap perubahan sebab para karyawan ikut terlibat didalamnya. Begitu pula dengan organisasi pendidikan akan bisa kuat jika personil – personil pendidikan ikut terlibat didalam manajemen sekolah tersebut.
Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku organisasi tersebut cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu organisasi yaitu mutu pelayanan pendidikan. Menurut Pheagan (2000:5) mengemukakan bahwa apa yang kita lakukan tergantung pada dua hal, yaitu kepribadian dan situasi. Apabila organisasi bergerak dari situasi yang satu ke situasi lainnya, kita mengubah perilaku seperti yang diperlukan. Disatu sisi lain, kita hanya dapat melakukan sedikit hal atas kepribadian seseorang, tetapi lebih banyak dapat berbuat pada situasi, situasi ni berbentuk budaya yang sebenarnya dan dapat dipengaruhi. Interaksi antara situasi dan kepribadian membentuk perilaku seseorang. Perilaku merupakan cermin budaya dan kepemimpinan. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.
Perilaku organisasi itu sendiri ibarat organisme biologi yang telah dewasa, terarah pada satu tujuan dan bukannya sekedar bergerak secara refleksi atau acak berkala, semua ini tergantung pada lingkungan organisasi yang membentuk perilaku organisasi. Banyak perkembangan ekonomi, budaya, politik dan ilmu pengetahuan dalam lingkungan sehingga banyak mempengaruhi tujuan organisasi. Bidang pendidikan yang merupakan organisasi sekolah akan cepat berkembang pesat sesuai lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, organisasi sekolah tergantung pada lingkungan dan perkembangan zaman sehingga banyal yang akan berkontradisi, maka organisasi sekolah terlebih pada Sekolah Dasar Negeri Kota harus lebih menyesuaikan diri terhadap perubahan – perubahan dalam lingkungannya agar supaya tetap hidup dan mendapatkan sebuah keuntungan bagi sekolah itu sendiri.
Organisasi sekolah akan menembus semua tingkat kehidupan, dimana seseorang akan terlibat dan berhubungan dengan berbagai organisasi beserta manajemennya. Pada kenyataannya, pelanggan pendidikan maupun non pendidikan masa ini hidup dengan di pengaruhi oleh organisasi, sehingga sebagian besar individu didalam kehidupannya menghabiskan waktu sebagai anggota organisasi kerja, sekolah, sosial, negara, gereja, maupun masjid. Individu di dalam organisasi tersebut sebagai karyawan, mahasiswa, klien, pasien, atau warga negara sekali pun.
Seorang mendirikan sebuah sekolah karena alasan, bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat di capai secara perorangan. Jadi, tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam menyelenggarakan dan mengelolah sekolah dapat dilaksanakan secara terarah sesuai dengan tujuan sekolah itu sendiri. Untuk menyelenggarakan sebuah organisasi pendidikan harus memikirkan mutu pelayanan dari pendidikan itu sendiri, tidak menutup kemungkinan mutu pelayanan dibutuhkan untuk menarik pelanggan pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi pelanggan pendidikan dan kemajuan organisasi sekolah.
Organisasi pendidikan masing – masing mempunyai sebuah tujuan tersendiri, untuk itu dalam mencapai tujuan yakni tujuan sekolah diperlukan sebuah mutu pelayanan sekolah. Mutu pelayanan tersebut merupakan sebuah pemberian jasa kepada pelanggan. Pelanggan menjadi prioritas utama dalam pelayanan. Pelanggan pendidikan terdiri dari pelanggan internal dan eksternal. Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh organisasi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatiannya kepada para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka.
Kebutuhan dan hasil produktivitas pelanggan internal dan eksternal pendidikan berbeda sekali. Didalam Total Quality Management, salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah institusi yang mengoperasikannya menjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflikn dan kompetensi internal, untuk meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan.
Gambar. Pelanggan Pendidikan
|
|
Pendidikan (Nilai Tambah = Jasa
Yang Diberkan Kepada
Pelajar)
Pelajar = Pelanggan / Klien Eksternal Utama
Orangtua/Kepala Daerah/ = Pelanggan Eksternal
Sponsor Kedua
Pemerintah/Masyarakat/ = Pelanggan Eksternal
Bursa Kerja Ketiga
Guru/Staf =Pelanggan Internal
|
|
Sumber : Sallis, Edward, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD, 2011
Total Quality Management adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya, (Edward Sallis : 2011). Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumoulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati – hati untuk mencapai tingkatan mutu atau kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi pendidikan, dari tujuan tersebut sekolah mempunyai tingkat kelayakan jangka pendek menuju perbaikan mutu jangka panjang. Sekolah yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan TQM, akan mengalami siklus pernaikan secara terus menerus. Semangat Manajemn dalam TQM akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganakisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seseorang manajer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan – tingakatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk menyampaikan mutu dalam linkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan oerganisasi pendidikan yang sudah diketahui.
Dalam melaksanakan sebuah alur TQM, mutu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi sekolah yang menerapkannya. Yaitu bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal tersebut akan terwujud jika adanya kepemimpinan yang baik pada sebuah organisasi sekolah. Kepemimpinan adalah unsur yang penting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut kedalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.
Kepemimpinan sekolah yang dilakukan oleh seorang pemimpin menjadi pertimbangan yang penting dalam mencapai mutu yang unggul. Pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif – perspektif berikut ini : Visi dan simbol – simbol, Kepala Sekolah harus mengkomunikasikan nilai – nilai organisasi sekolah kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang yang lebih luas, Mengkondisikan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, Memberi pencerahan kepada para pelajar bahwa organisasi pendidikan memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya, Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut, Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para pelajar, orangtua, guru, dan staf dalam organisasi sekolah, Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme. Sifat – sifat tersebut merupakan mutu personal essensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.
Dalam hubungan mutu dengan perilaku pemimpin, ada dua hal yang biasanya terhadap bawahan atau stafnya untuk mencapai mutu pelayanan sekolah, yaitu : perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu arah dalam lembaga pendidikan. Bentuk dari perilaku pengarahan dalam komunikasi antara lain : menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan oleh bawahan atau stafnya, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharunya bisa dikerjakan. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya : mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para stafnya dalam pengambilan keputusan. Hal diatas menyatakan bahwa staf atau bawahan juga ikut serta berperan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam organisasi pendidikan tidak lepas dari perilaku organisasi itu sendiri. Karena perilaku organisasi cenderung membentuk budaya yang akan di pakai sebagai dasar pijakan mutu organisasi yaitu mutu pelayanan pendidikan. Perilaku merupakan cermin budaya dan kepemimpinan. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya.
Saran
Bagi semua pemimpin di dalam ruang lungkup pendidikan yaitu sekolah sebaiknya memperbaiki mutu pelayanan pendidikan didalam organisasi itu sendiri dengan cara melakukan perbaikan secara terus menerus. Dengan peningkatan mutu yang lebih baik akan mengubah buadaya organisasi serta perilaku organisasi yang lebih unggul juga.
DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward.2006.Total Quality Management In Education.Jogjakarta: IRCiSoD.
Robbins, Stephen P dan Mary, Coulter.2004.Manajemen.Jakarta:PT Indeks Kelompok Gramedia.
Thoha Miftah. 2011.Kepemimpinan dalam Manajemen.jakarta:PT Raja Gravindo Persada.
Wexley, Kenneth N dan Yulk, Gary A.1992. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta : Rineka Cipta.
Gibson, James L,dkk. 1992. Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta : Erlangga.
Wibowo. 2008. Manajemen Perubahan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasya. 2009. Yogyakarta : ANDI
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung :Alfabeta
http://elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/budaya-organisasi-sekolah.pdf, diakses 27 Maret 2012
0.000000
0.000000